Yelna's Hope

This website is a valuable resource that presents a wealth of professional experience and the unique point of view of Yelna Yuristiary. Yelna generously shares her insights, knowledge, and expertise, with the hope that readers can use the information to enhance their own understanding, make informed decisions, and achieve their goals.
Showing posts with label RESENSI. Show all posts
Showing posts with label RESENSI. Show all posts

Wednesday, December 13, 2023

Navigating Wealth: The Power of Financial Literacy According to Robert T. Kiyosaki

 In the realm of personal finance, Robert T. Kiyosaki's "Rich Dad Poor Dad" serves as a guiding beacon, challenging traditional notions and offering valuable insights into building lasting wealth. Chapter 2 of this financial classic emphasizes the critical importance of understanding the distinction between assets and liabilities. In this article, we delve into why Kiyosaki advocates for financial literacy and the pivotal role it plays in the pursuit of wealth.

The Asset-Liability Divide:

Kiyosaki's central thesis revolves around the idea that financial success is not solely determined by how much money one makes but, crucially, by how effectively that money is managed. The cornerstone of this financial philosophy is understanding the fundamental difference between assets and liabilities.

Assets:

  • Assets hold intrinsic value.
  • They generate income.
  • They appreciate over time.

Liabilities:

  • Liabilities incur costs and take money out of your pocket.

Rethinking the Definition of Assets:

One of the book's revolutionary concepts challenges the conventional notion that a personal residence is an asset. Kiyosaki contends that a home is only an asset if its appreciation offsets the costs of ownership. In contrast, he categorizes rental property as a true asset because it generates passive income, surpassing the expenses associated with its operation and financing.

The Controversy Surrounding Homeownership:

In 1997, when "Rich Dad Poor Dad" was first published, Kiyosaki's perspective on homeownership stirred controversy. By reframing the definition of assets and liabilities, he prompted readers to reconsider their traditional beliefs about property ownership and wealth accumulation.

Concentrating on Income-Producing Assets:

Kiyosaki's financial wisdom can be distilled into a simple yet powerful mantra: "Want to grow rich? Concentrate your efforts on buying income-producing assets." By channeling resources into assets that generate income or appreciate in value, individuals can bolster their financial standing over time.

Minimizing Liabilities and Expenses:

The other side of the equation involves keeping liabilities and expenses low. By minimizing financial drains, individuals can allocate more resources toward acquiring income-generating assets, thereby deepening their asset column.

Conclusion:

The teachings of Robert T. Kiyosaki in Chapter 2 of "Rich Dad Poor Dad" underscore the transformative potential of financial literacy. Beyond the mere act of earning money, understanding the nuances of assets and liabilities empowers individuals to make informed decisions about wealth accumulation. In a world where financial education is often overlooked, Kiyosaki's insights offer a roadmap for navigating the path to financial success, urging readers to focus on building a robust portfolio of income-producing assets while minimizing liabilities. As the saying goes, "It's not about how much you make; it's about how much you keep."

Thursday, July 17, 2014

Totto-Chan, Perjuangan Tiada Akhir (Resensi Buku)

Judul Buku                  : Totto Chan, Gadis Cilik di Jendela
Penulis                         : Tetsuko Kuroyanagi
Penerbit                       : Gramedia, Jakarta
Tebal                           : 263 halaman

            Semangat untuk mengetahui segala hal yang dimiliki Totto Chan, gadis cilik berusia empat tahun membuat ia harus dikeluarkan dari sekolah dasar itu. Namun, ibunya tidak membiarkannya untuk mengetahui tentang apa yang terjadi. Setelah ia dikeluarkan dari sekolahnya karena selalu duduk di jendela saat guru menerangkan, ibunya memasukkannya ke sebuah sekolah yang terbilang sangat bebas saat itu. Setiap murid bebas untuk mempelajari apa yang ingin dipelajarinya tanpa adanya paksaan dari guru. Tentu saja itu merupakan ide brillian Mr. Kobayashi, kepala sekolah Tomoe Gakuen yang juga merupakan perintis adanya musik ritmhik di Jepang.
            Sekolah dasar yang memiliki kelas berupa gerbong-gerbong kereta api yang tidak terpakai, merupakan surga bagi Totto Chan dan teman-temannya pada saat itu. Betapa tidak, jika setiap harinya mereka diberi kebebasan untuk mengeksplorasikan apa yang ada di dalam dirinya. Serta, setiap harinya para murid diberi kesempatan untuk menceritakan kejadian yang menarik yang dialaminya.
            Tomoe Gakuen, sekolah yang bebas itu ternyata melahirkan para ahli di bidanganya masing-masing. Begitu juga Mr. Kobayashi yang menerapkan metode jitu untuk mendidik para muridnya. Pendidikan yang berlandaskan kesabaran, kasih sayang dan perbaikan sikap. Sungguh ide yang luar biasa yang Mr. Kobayashi terapkan dalam membimbing anak didiknya.
            Novel ini sangat cocok dikonsumsi bagi setiap kalangan. Di dalamnya terdapat berbagai pelajaran hidup yang berharga. Bagaimana cara memotivasi anak untuk mendapatkan apa yang dicita-citakannya. Serta, di dalamnya terdapat sejuta kenangan masa lalu yang dialami penulis selama ia duduk di bangku sekolah dasar. Rangkaian kata-katanya yang sederhana juga memiliki suatu daya tarik yang berbeda dengan novel lainnya.

            Dengan novel ini, setiap guru maupun orang tua juga dapat mengambil pelajaran yang berarti untuknya. Memberikan kepercayaan penuh terhadap anak juga merupakan salah satu pelajaran yang dapat diambil dari novel ini. Kebebasan dan kasih sayang akan melahirkan semangat putera puteri anda untuk menyelami apa yang ia senangi. Serta, kita juga dapat mengerti apa yang harus kita lakukan untuk memahami apa yang sebenarnya anak-anak itu ingini. Yaitu, ingin mengetahui apa saja yang ada di hadapan mereka. Tanpa adanya ambang batas yang perlu diperhatikan.

Monday, May 19, 2014

MELANCONG KE BUKIT BATU, KEMBALI KE TEMPO DULU

Bertolak dari Pulau Bengkalis (Kepulauan Riau), sejauh mata memandang, satu hal yang dapat kita lihat adalah kumpulan daratan yang membentuk pulau-pulau kecil dan jika kita terus menyapukan pandangan hingga ke sebelah barat, pasti akan kita temukan daerah yang dinamakan Bukit Batu. Penamaan daerah ini bukan berasal dari kondisi tanahnya yang berbatu atau asal usul sejarah yang ada di dalamnya. Nama Bukit Batu sudah ada sejak dulu, sebelum kedatangan bangsa Portugis ke Malaka. Bukit Batu sendiri merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Sungai Pakning, Bengkalis (Riau). Jika dianalisis dengan menggunakan parameter modern, Bukit Batu termasuk daerah yang sangat tertinggal karena hingga saat ini sarana listrik belum memasuki desa kecil yang terletak tepat di muara Sungai Siak ini.
Namun, bukan Melayu namanya jika penduduknya hanya akan berduka. Desa Bukit Batu ini dihuni oleh sejumlah penduduk yang sangat bersahaja dan bersyukur dengan segala yang ada. Jika dicermati lebih dalam, tentunya desa ini dapat menjadi salah satu tujuan wisata tempo dulu bagi ‘orang-orang modern’ yang mayoritas mendapatkan segalanya, di kota.
Alam Bukit Batu begitu beragam dan penuh kejutan di setiap sisi desanya. Desa Bukit Batu terbagi menjadi dua, yakni Bukit Batu darat dan Bukit Batu laut. Tepat di tengah-tengah desa ini terbentang jalan lintas Dumai-Pekanbaru yang biasanya dilintasi truk-truk pengangkut hasil bumi. Wilayah Bukit Batu darat terletak di sebelah barat jalan raya tersebut, sebaliknya wilayah Bukit Batu laut terletak di sebelah timurnya. Bukit Batu saat ini belum terlalu di kenal sebagai tempat pariwisata resmi daerah Riau, namun alam dan kondisi wilayahnya menunjang daerah ini menjadi tempat wisata tempo dulu karena bangunan, tradisi hingga kebiasaan masyarakatnya masih menganut pola-pola tradisional Melayu Riau. Di desa ini sebenarnya ditemukan cukup banyak peninggalan sejarah Melayu Riau, mulai dari rumah panggung Datuk Laksmana, yaitu seorang pelaut dan pemimpin yang sangat ahli dalam bidang pelayaran di masa lalu, kelenteng Cina sebagai bukti bahwa di daerah ini banyak dihuni masyarakat Tionghoa hingga kerajinan tenun khas Melayu Riau. Jika kita sempat berkunjung ke Riau, tentunya kita harus mengunjungi daerah Bukit Batu dan sebaiknya menetap selama tiga hari hingga satu minggu lamanya agar dapat menikmati segala panorama alam dan tradisi masyarakat lokal di sana.
Di desa Bukit Batu terdapat tiga pantai besar yang terkenal karena masih alami. Salah satu pantai yang sangat memesona kalangan wisatawan adalah pantai Tenggayun yang berjarak sekitar 15 menit perjalanan dari pusat desa. Di pantai Tenggayun kita akan menemukan pemandangan yang sangat memukau, khususnya jika kita berkunjung di kala senja tiba. Dari pantai ini kita dapat menikmati matahari tenggelam di cakrawala. Tepat di bibir pantai kita akan menemukan hutan bakau yang masih alami, terdapat satu dua batang pohon bakau yang sudah tidak berdaun dan sangat cocok dijadikan objek fotografi. Tidak jauh dari pantai Tenggayun, kita dapat mengunjungi pusat pembuatan kerupuk ikan yang merupakan salah satu oleh-oleh khas Bukit Batu. Kerupuk ikan ini dibuat dari ikan tenggiri yang sangat melimpah ruah di daerah Bukit Batu. Rata-rata wanita di Bukit Batu adalah seorang pembuat kerupuk ikan yang handal. Kerupuk ini terbuat dari campuran sagu, air dan gilingan ikan tenggiri yang merupakan kekayaan laut wilayah Bengkalis. Harganya pun tidak mahal, dengan uang Rp 10.000,- kita sudah dapat membawa pulang setengah kilo kerupuk ikan kering asli Bengkalis Riau. Di Bukit Batu, jangan heran jika kita menemukan produk kerupuk ikan yang dijemur di depan rumah-rumah warga. Hampir 90% penduduk desa Bukit Batu mampu membuat kerupuk ikan. Kerupuk ini juga menjadi menu wajib di desa Bukit Batu.
Secara geografis, wilayah Bukit Batu terletak di muara Sungai Siak sehingga mitos terkait buaya muara masih sangat kental di daerah ini. Jika kita berkunjung ke Bukit Batu, di sana masih terdapat pantangan-pantangan yang tidak boleh kita lakukan seperti duduk melonjorkan kaki ke arah air atau sungai dan mengucapkan kata ‘buaya’ di dekat sumber air, seperti sungai maupun muara sungai. Penduduk setempat masih memercayai bahwa di sungai maupun muara sungai wilayah Bukit Batu masih terdapat buaya-buaya liar yang akan mengganggu jika pantangan ini dikerjakan. Selain itu, bagi para pelancong biasanya dilakukan acara penyambutan oleh masyarakat desa dan mereka akan diberikan wejangan untuk tidak bersikap seenaknya di kawasan Bukit Batu. Pantangan lain selain duduk melonjor dan mengeluarkan kata ‘buaya’ di dekat sungai adalah mengeluarkan kata-kata kotor atau berucap kalimat yang tidak sepantasnya. Setiap pelancong juga biasanya dilarang untuk terlalu berpendapat terhadap hal-hal aneh yang dilihatnya.
Seperti kisah sampan karam yang menghilangkan satu anak SMA beberapa tahun yang lalu. Menurut penuturan salah seorang penduduk desa, ketika itu terdapat satu rombongan siswa/i SMA yang hendak pelesir ke Pulau Bengkalis dan mereka menyeberang selat dari Bukit Batu. Adapun satu dari siswa/i ini melihat adanya perbedaan antara air muara sungai dan air laut, siswa itu pun mulai berteriak kepada teman-temannya tentang fenomena alam ini. Tanpa disadari ia pun mengeluarkan statement bahwa air itu seperti kue lapis yang memiliki warna yang berbeda. Orang-orang di sampan pun mulai takut hingga tak lama setelah itu sampan kayu yang membawa mereka menyeberangi selat terhenti di tengah laut dan karam. Tak lama setelah itu bala bantuan datang, namun naas bagi siswi yang mengatakan bahwa air seperti kue lapis tersebut, jenazahnya tidak pernah ditemukan hingga sekarang. Sedangkan penumpang lain termasuk teman-temannya selamat dalam musibah itu.
Meskipun menyimpan misteri yang cukup besar, namun daerah Bukit Batu memiliki dua daya tarik yang luar biasa. Pertama, wilayah ini menjadi pusat peninggalan kerajaan Melayu Riau, tidak jauh dari muara sungai terdapat makam Laksmana Raja Dilaut dan rumah panggungnya. Makam ini sering dikunjungi oleh orang-orang yang penasaran dengan kehebatan Datuk Laksmana dalam mengarungi bahtera di tengah laut. Tepat di atas makamnya terdapat satu kayu yang konon berasal dari serpihan tiang perahu lancang kuning (perahu asli khas Riau). Tidak jauh dari makam, terdapat rumah Datuk Laksmana yang di dalamnya tertinggal berbagai kenangan Datuk Laksmana seperti baju dan beberapa peralatan khas seorang pelaut.
Sekitar lima menit berjalan kaki dari makam dan rumah Datuk Laksmana, kita juga akan menemukan beberapa perempuan yang sedang menenun. Pada umumnya rumah mereka berbentuk rumah panggung yang lantainya cukup tinggi sehingga bagian bawah rumah dapat digunakan sebagai tempat menenun. Pemandangan wanita penenun di Bukit Batu dapat kita jumpai dengan mudah. Umumnya mereka menenun sambil bercerita bersama handai taulan yang ada. Mengobrol atau berbual sambil menghabiskan waktunya di rumah merupakan sebuah adat bagi masyarakat Melayu Riau. Wanita-wanita ini cenderung melakukan hal yang sama, mereka akan berkumpul setelah mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak, mencuci dan membersihkan rumah. Biasanya mereka akan menghabiskan waktunya untuk menenun sambil bercerita dengan tetangga dan handai taulan yang ada hingga sore tiba. Tetak alat tenun juga tak kalah menimpali suara bualan mereka. Biasanya satu kain tenun selebar 3 x 2 meter dapat mereka hasilkan selama 3 hari. Harga kain tenun buatan tangan ini pun cukup terjangkau, yakni Rp 250.000,- per helainya. Sekali dalam setahun biasanya wanita-wanita penenun dari Bukit Batu diundang oleh pemerintah daerah untuk mengikuti pelatihan menenun dan memasarkan produk tenunannya. Seringkali mereka mendapatkan omset dari pameran yang juga dilaksanakan sekali dalam setahun di ibukota Provinsi itu.
Jika kita berkunjung ke Bukit Batu, ada beberapa tips yang dapat dilakukan untuk menikmati liburan yang kita lakukan.
1.      Tinggallah di rumah warga.
Tinggal di rumah warga merupakan suatu hal yang sangat wajar kita lakukan karena di wilayah ini belum terdapat hotel atau penginapan. Biasanya di Bukit Batu, ada warga yang memiliki dua rumah atau lebih yang biasanya disewakan kepada pendatang yang ingin menginap. Akan lebih baik jika kita tinggal bersama tuan rumah karena pada umumnya warga Bukit Batu sangat ramah terhadap pendatang. Kemukakan maksud kita mengunjungi Bukit Batu dan tentu saja kita harus memberikan uang belanja kepada keluarga ini untuk biaya makan selama berada di sana. Dengan tinggal di rumah warga, kebutuhan makan kita akan tercukupi dan kita akan lebih mengenal budaya masyarakat Melayu secara lebih baik. Jika beruntung, di Bukit Batu kita akan menemukan warga yang akan menjadikan kita seperti keluarganya sendiri. Tentu saja ini bergantung pada sikap kita membawa diri.
2.      Usahakan turut aktif dalam setiap kegiatan warga.
Jika kita datang ke Bukit Batu hanya untuk bersenang-senang dan menghindari sosialisasi, sebaiknya urungkan saja niat itu. Turut aktif dalam setiap kegiatan warga merupakan salah satu kunci menemukan harta karun kebudayaan Melayu Riau. Jika kita turut aktif dalam setiap kegiatan warga, kita akan diajak mengikuti latihan marawis (musik tradisional Melayu Riau) di malam Selasa. Tidak hanya itu, kita akan mendapatkan undangan-undangan acara adat di kampung ini jika kita pandai bergaul dengan warga yang ada di sana. Tentu saja hal ini sangat menyenangkan. Bagi yang perempuan, kita biasanya akan diajarkan bagaimana cara menenun dan membuat kerupuk ikan khas Melayu. Ahh... Sungguh pengalaman yang teramat langka.
3.      Bertemanlah dengan masyarakat.
Tak kenal maka tak sayang. Agaknya pepatah itulah yang melingkupi kehidupan masyarakat Melayu di Bukit Batu. Jika kita berteman baik dengan masyarakat, kita akan meendapatkan banyak keuntungan seperti teman baru dalam mengeksplor kekayaan alam dan tempat-tempat wisata yang belum terjamah oleh turis-turis yang datang. Penduduk asli Bukit Batu juga tidak akan segan memberikan kita kelapa muda gratis, pinjaman motor gratis atau tumpangan sampan gratis ketika kita sudah berteman dengannya.
4.      Sewa motor.
Jika kita tidak mendapatkan pinjaman motor, kita dapat menyewa motor penduduk untuk berkeliling desa Bukit Batu. Tarif yang dikenakan juga tidak mahal, sekitar Rp 50.000/6 jam. Tentu saja kita dapat mengunjungi banyak kawasan budaya yang ada di desa ini dengan bebas.
5.      Sediakan power bank.
Bukit Batu merupakan daerah yang saat ini masih belum terjangkau oleh aliran listrik. Pada umumnya listrik dari genset masyarakat akan dihidupkan pukul 6 sore hingga 10 malam. Di atas jam 10 malam biasanya lampu listrik dan genset akan dimatikan. Pada saat itu penduduk mulai menggunakan lampu minyak atau petromaks untuk penerangan. Sensasi tempo dulu dan jauh dari peradaban modern akan sangat terasa di waktu-waktu seperti ini. Kita hanya akan mendengarkan bunyi jangkrik di malam yang sunyi. Tentu saja bagi kita yang tidak pernah mengalaminya, kondisi ini cukup mencekam. Namun tenang saja, hal ini adalah salah satu paket wisata tempo dulu yang ditawarkan desa Bukit Batu kepada para pengunjungnya. Oleh karena itu, bagi kita yang sangat bergantung dengan smartphone, power bank dapat menjadi satu-satunya penyelamat kebosanan ketika mata belum hendak akan tertidur.
6.      Siap sedia dengan kamera.
Perjalanan wisata tempo dulu dan budaya Melayu Riau tidak akan terekam jelas bagi kita tanpa adanya gambar abadi yang kita ciptakan. Oleh sebab itu, ketika berkunjung ke Bukit Batu, persiapkan kamera dan space yang cukup untuk menyimpan segala kenangan kita tentang daerah, budaya, alam dan kebiasaan masyarakat Melayu Riau ini.
Dengan beberapa tips dan gambaran tentang desa Bukit Batu di pedalaman Riau ini semoga para turis dan pelancong yang akan berkunjung dapat mempersiapkan bekal yang cukup ketika akan mengunjungi desa bertuah peninggalan Datuk Laksmana Raja Dilaut ini. Meskipun terpencil, desa ini sarat akan suasana alam serta budaya yang damai dan tenang di tengah hiruk pikuk perkotaan yang semakin hari semakin tidak terkendali ini.


--- ooo OOO ooo ---

Tuesday, May 13, 2014

The Machine (Sebuah Resensi Film)



Berawal dari kasih sayang seorang ayah terhadap anaknya yang mengidap Ratt Syndrom (kelainan syara) menjadikan Vincent masuk ke dalam suatu agen rahasia yang bertugas untuk menciptakan mesin canggih yang berbentuk manusia. Di dalam film ini diceritakan di suatu masa (mungkin saja di masa depan) teknologi kloning tidak lagi hanya sekadar kloning seperti biasanya. Teknologi kloning dilengkapi dengan implantasi organ ke robot hasil kloning sehingga mereka dapat melaksanakan segala tugas yang diberikan sang master atau si pemilik robot tersebut.
Dalam kegiatan rekruitment yang dilakukan agen rahasia ini menemukan sosok berbakat yang bernama Ava. Ava adalah seorang wanita cerdas yang dapat melaksanakan segala rekayasa koding sehingga tercipta sebuah alat yang memiliki otak seperti manusia pada umumnya. Hasil rekayasa Ava membuat tim Vincent sangat kagum sehingga mereka mulai merekrut Ava menjadi salah satu anggota dari agen ini. Tapi ternyata, kepintaran Ava yang didampingi dengan ketulusan hatinya membuat sang master pimpinan agen merasa terancam. Ia pun merencanakan sebuah pembunuhan terhadap Ava sehingga gadis ini pun direkayasa ulang sebagai suatu mesin.
Ava baru pun akhirnya terlahir kembali dan memang memiliki fisik, kekuatan dan daya pikir yang luar biasa. Namun satu hal yang tetap membuatnya tetap hidup (tidak seperti mesin) adalah implant chip perasaan yang tertanam di otaknya. Hal ini memengaruhi pola pikir Ava baru sehingga sang master kembali memerintahkan Vincent untuk menghilangkan chip itu. Film ini menceritakan perjuangan Vincent dalam memperoleh kenangan bersama anaknya yang sebelumnya telah berada di bawah kekuasaan sang master. Di sini juga digambarkan bahwa meskipun chip implant itu telah dibuang, ada satu bagian yang tidak dapat hilang dari otak Ava baru.
Bagi orang yang suka sains-fiksi, mungkin film ini dapat dijadikan salah satu opsi untuk mendapatkan inspirasi terkait teknologi masa depan. Di dalam film ini juga terdapat beberapa adegan action (di akhir film).
Jadi, setelah menonton film ini ada satu adegan yang paling saya suka, yaitu ketika Vincent bertanya kepada Ava si machine,
“Apa yang kau lihat padaku?”
Dengan cool-nya Ava berkata, “Lihatlah lebih dalam”.

(I think it’s the real reason for Ava always save Vincent’s life) ^_^

Tuesday, February 18, 2014

PERTEMUAN KEDUA P-POP

Beberapa inti yang diperoleh dari hasil belajar hari ini tentang menulis...

Setiap orang memiliki cerita. Tidak ada yang diam. Semuanya penuh cerita. Maka ceritakanlah dengan tulisanmu ---
Menulis itu sama seperti berenang. Harus nyemplung dulu. Harus menulis dulu, barulah kita akan mengerti dan memahaminya dengan sendirinya ---
Metode terbaik dalam menulis adalah mengamati dan meniru/mencontoh. Setelah itu barulah mulai mengembangkan tulisan kita hingga akhirnya muncullah jati diri dan gaya menulis masing-masing orang. Setiap orang itu berbeda. Maka mulailah untuk menulis dan temukan jati dirimu sesegera mungkin ---
Dalam menulis, usia kepengarangan sangat ditentukan oleh intelektualitas. Maka perbanyaklah membaca agar tulisanmu tidak lagi membosankan dan penuh dengan ilmu yang senantiasa berkembang. Bakat hanya akan memberikan usia sementara bagimu untuk menulis. Intelektualitas akan memberikan sepanjang hidup dan usiamu untuk dapat menulis ---

Depok, dini hari 01.49 WIB
18 Februari 2014

Saturday, June 15, 2013

BERBINCANG TENTANG BULAN MERAH (Sebuah Resensi Lagu)

Berbincang tentang bulan merah... Sepenggal lirik lagu Ebiet G Ade.  Sepenggal lirik yang memiliki banyak artian (tergantung dari sudut pandang si pendengar). Sembari menulis entri ini saya sedang mendengarkan 'Nyanyian Rindu' milik Ebiet G Ade. Di dalamnya tergambar perasaan gulana seorang yang teramat sangat mengenang seseorang yang mengusik hatinya (mungkin). Penggambaran setting tempat dan alur dari pesona menggambarkan kekaguman yang luar biasa. Tetapi ternyata kekaguman tersebut hanya membuat luka bagi si musisi. Tidak ada kepastian dan hanya akan membuat resah serta rasa enggan untuk tertidur di kala malam.
Mungkin ini yang dikatakan gila. Si musisi masih berilusi dan membayang yang seharusnya tidak. Ada pertanyaan di dalam dirinya 'kapan lagi kita akan bertemu'. Akan tetapi senyum yang membasuh luka-nya enggan untuk menyapa. Tidak ada kepastian dari cerita lagu ini. Dari lagu ini dapat kita petik pelajaran agar 'berhati-hatilah dalam mengagumi seseorang karena hal itu dapat membuat gila'.

Sunday, October 16, 2011

Seandainya Aku Boleh Memilih




Riri, gadis cantik yang sempurna hidupnya kembali membuat sejuta lelaki terpesona karena keanggunannya. Segala hal dapat ia peroleh dengan mudah, apalagi dengan tittle-nya sebagai seorang mahasiswi Kedokteran membuatnya menjadi idaman dimanapun berada. Namun, hidup tak selamanya indah. Adakalanya seseorang harus mengenyam saat-saat paling sulit di dalam hidupnya. Dari sekian banyak lelaki yang mengejarnya hanya Haris-lah yang mampu membuat hidupnya kalang kabut. Riri harus berjuang menyelamatkan nyawa seorang penyakitan seperti Bandi dari tindakan mereka. Kisah cinta yang memilukan dengan tema pengorbanan bagi setiap tokohnya membuat novel ini cocok bagi seorang melankolis.

Seperti novel-novel sebelumnya, Mira W senantiasa membuat kejutan di alur tulisannya. Tidak ada yang dapat menebak apa yang akan terjadi selanjutnya dalam kisah cinta segitiga ini. Dalam novel ini digambarkan juga pengkhianatan, pengorbanan, kesetiaan sekaligus dendam yang membuat novel ini semakin kompleks dengan problematika. Namun di balik itu semua novel ini mengajarkan keindahan berpikir dari setiap tindakan dan mengajarkan pembaca untuk bijak dalam bertindak. Sosok Riri yang antagonis sekaligus protagonis di novel ini membuat pembaca terkadang membenci sekaligus iba. Penokohan yang begitu melekat di setiap alurnya juga membuat pembaca tidak bosan untuk membacanya.

Novel yang telah mengalami cetakan keenam pada Agustus 2006 ini juga mengajarkan banyak aspek mengenai kebijakan bertindak bukan hanya dalam hal cinta. Novel ini menggambarkan musibah yang disebabkan karena adanya kesalahan dalam pola asuh anak yang menyebabkan berantakannya sebuah rumah tangga. Selain itu novel ini juga mengangkat rasa kasih sayang dan saling pengertian yang mungkin dapat dijadikan pelajaran berharga oleh setiap pembaca. Maka tidak heran jika novel ini begitu dicari walaupun novel ini dapat dikatakan novel yang jadul. Namun, jangan pernah menganggap jadul itu kuno dan ketinggalan zaman karena dalam novel ini Mira W mampu mengangkat masalah-masalah yang begitu dekat dengan kehidupan saat ini. Novel yang begitu menyentuh dengan alur yang sederhana tetapi menggugah, sangat pas dinikmati dikala senggang.


Oleh : Yelna Yuristiary

Sunday, October 09, 2011

Gila Korea Tingkat 2 karena Hearstring

Semakin dewasa semakin galau. Begitulah ungkapan yang pernah ane pikirin. Walaupun awalnya ane kaga suka sama yang namanya Korea-Koreaan, akhirnya virus Korea menyerang juga. Hahaha... :D
Di sore ini (di waktu luang yang bisa dimanfaatin buat ngerjain laporan Properti Material) ane malah iseng browsing soundtrack drama Korea yang lagi ane tonton kemaren. Walaupun itu drama udah abis, ternyata masih menyisakan rasa senang. Apalagi soundtrack-nya yang penuh semangat, jadi bulet deh tekad ane buat nge-donlot tuh semua soundtrack-nya.
Iseng-iseng mau nge-donlot soundtrack-nya doang, ane jadi browsing drama korea terbaru+sinopsisnya. Busyet dah... Jadi takut nih kalo kena KPOK tingkat dewa. Tapi kalo di pikir-pikir, emang jago tuh Korea. Bisa buat lebih dari berjuta-juta jiwa penduduk Indonesia melototin itu dramanya yang diputer di TV mak ane di rumah. Dari ade" bayi sampe nenek2 di rumah ane suka nonton drama My Princess yang sekarang lagi di puter di TV. Awalnya sih ane kaga peduli amat. Tapi karena di kampus ane semuanya pada gile sama Korea-Koreaan, gue coba nonton dramanya. Awalnya sih biasa aja, trus lama-kelamaan ane jadi suka tontonin tuh dramanya. INGET... Cuma dramanya. Bukan nyanyi2-nya. Tapi, sekarang kayaknya gile Korea ane udah naik tingkat ke tingkat 2. Sama kayak kuliah ane yang juga sekarang lagi di tingkat 2.
Yo wess.. Jadinya ini waktunya kerjain tugas malah donlot lagu2 Korea.
Sumpah dah... Mantep2 ini lagunya...

Ini linknya :
http://www.mediafire.com/?45q46bkqsfoqqdh

Itu link untuk soundtrack HEARSTRING yang ane cari sekarang.. :D

Entri Populer