Yelna's Hope

This website is a valuable resource that presents a wealth of professional experience and the unique point of view of Yelna Yuristiary. Yelna generously shares her insights, knowledge, and expertise, with the hope that readers can use the information to enhance their own understanding, make informed decisions, and achieve their goals.

Friday, December 21, 2018

KORELASI ANTARA MIXING TIME DENGAN WORKABILITY CONCRETE

Dear my blog readers!!!

Oke postingan kali ini akan menggunakan Bahasa Indonesia karena salah satu tujuan dari blog saya adalah untuk mencerdaskan anak bangsa. Jadi sharing kali ini bertujuan untuk memberikan sedikit pemahaman kepada teman-teman sesama Civil Engineer yang bisa berbahasa Indonesia.

Jadi bagi engineer yang saat ini bergelut dengan yang namanya beton atau kalau dalam bahasa Inggris-nya disebut concrete, durasi waktu adukan akan memengaruhi workability beton tersebut.
Menurut standar rata-rata waktu adukan beton dengan menggunakan mesin batch adalah 120 second. Namun waktu ini akan berbeda tergantung dengan kecepatan rotasi mixer dan besaran wadah mixernya.

Permasalahannya, terkadang waktu pengadukan yang cukup panjang akan memengaruhi produktifitas pekerjaan. Seperti contoh pada sebuah perusahaan precast, waktu pengadukan yang lama akan mengurangi jumlah unit yang dapat di produksi dalam setiap harinya.

Secara umum, waktu pengadukan akan memengaruhi beton dalam hal :

1. Workability
Workability sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang ada dalam campuran design mix. Semakin banyak air, maka beton akan semakin mudah dibentuk. Apabila jumlah air sudah over maka beton juga akan sulit dibentuk. Namun jika waktu pengadukan dikurangi, hal ini berarti waktu yang dibutuhkan air untuk meresap ke dalam material lainnya akan berkurang. Hal ini akan menyebabkan over hidrasi pada beton karena air akan semakin berkurang selama proses settlement beton. Terlebih lagi jika beton memiliki nilai C3A yang tinggi, maka hidrasi yang terjadi akan semakin tinggi.

2. Kekuatan (Kuat Tekan)
Jika nilai C3A pada beton semakin tinggi maka beton akan semakin kuat. Hanya saja hidrasi-nya semakin besar. Hal ini mengakibatkan kemungkinan terjadinya crack di dalam beton karena tingginya nilai hidrasi. Angka C3A yang tinggi juga akan menyebabkan semen mengabsorpsi air semakin banyak sehingga air yang tersisa hanya untuk membantu workability dari beton tersebut.

Oleh karena itu dalam design mix hendaknya setiap hal diperhatikan mulai dari kandungan semen, metode mixing, hingga komponen-komponen lainnya yang mampu memengaruhi karakteristik beton yang kita miliki.

Batam, 21 December 2018

Monday, November 19, 2018

Contoh Laporan Daktilitas Bahan-Bahan Bitumen (PA – 0306 – 76) (AASHTO T – 51 – 81) (ASTM D – 113 – 79)


DAKTILITAS BAHAN-BAHAN BITUMEN
(PA – 0306 – 76)
(AASHTO T – 51 – 81)
(ASTM D – 113 – 79)


I.                  MAKSUD PERCOBAAN
Pemeriksaan “Daktilitas Bahan-Bahan Bitumen” dimaksudkan untuk mengukur jarak terpanjang yang dapat ditarik antara cetakan yang berisi bitumen keras sebelum putus, pada suhu dan kecepatan tarik tertentu.

II.                  PERALATAN
a.       Cetakan daktilitas kuningan.
b.      Termometer.
c.       Bak perendam isi 10 liter yang dapat menjaga suhu tertentu selama pengujian dengan ketelitian 0,1C dan benda uji dapat direndam sekurang-kurangnya 10 cm, di bawah permukaan air. Bak tersebut diperlengkapi dengan pelat dasar yang berlubang diletakkan 5 cm dari dasar bak perendam untuk meletakkan benda uji.
d.      Mesin uji dengan ketentuan sebagai berikut :
a)      Dapat menarik benda uji
b)      Dapat menjaga benda uji tetap terendam dan tidak menimbulkan getaran selama pemeriksaan
e)      Methyl Alkohol Teknik dan Sodium Klorida Teknik (jika diperlukan).

III.                  BENDA UJI
a.       Melapisi semua bagian dalam cetakan daktilitas dan bagian atas pelat dasar dengan campuran glycerin dan talk.
b.      Memanaskan contoh aspal kira-kira 100 gram sehingga cair dan dapat dituang. Melakukan pemanasan dengan hati-hati. Pemanasan dilakukan dengan rentang suhu antara 80C sampai 100C (diatas titik lembek). Kemudian contoh disaring dengan saringan nomor 50 dan setelah diaduk, dituangkan dalam cetakan.
c.       Pada waktu mengisi, contoh dituangkan hati-hati dari ujung ke ujung hingga penuh berlebihan.
d.      Mendinginkan cetakan pada suhu ruang selama 30 sampai 40 menit lalu pindahkan seluruhnya ke dalam bak perendam yang telah disiapkan pada suhu pemeriksaan (sesuai dengan spesifikasi) selama 30 menit, kemudian ratakan contoh yang berkelebihan dengan pisau atau spatula yang panas sehingga cetakan terisi penuh dan rata.

IV.                  PROSEDUR
a.       Benda uji didiamkan pada suhu 25C dalam bak perendam selama 85 sampai 95 menit, kemudian melepaskan benda uji dari pelat dasar dan sisi-sisi cetakannya.
b.      Memasang benda uji pada alat mesin uji dan menarik benda uji secara teratur dengan kecepatan 5 cm/menit, sampai benda uji putus. Perbedaan kecepatan lebih kurang 5% masih diizinkan. Membaca jarak antara pemegang cetakan, pada saat benda uji putus (dalam cm). Selama percobaan berlangsung benda uji selalu terendam sekurang-kurangnya 2,5 cm di bawah permukaan air dan suhu dipertahankan tetap (250,5)C.

V.                  DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA
Data Pengamatan
Dari hasil percobaan diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1. Data Hasil Praktikum
Waktu (menit)
Jarak (cm)
1
4,4
2
9,5
3
14,4
4
19,4
5
24,4
6
29,6
7
34,6
8
39,2
9
44
10
49,2
11
54,2
12
59,4
13
64,6
14
69,6
15
74,8
16
80
17
85,1
18
90,4
19
95,6
20
101

Pengolahan Data
Tabel 2. Pengolahan Data Daktilitas
Waktu (menit)
Jarak (cm)
Selisih panjang (cm)
1
4.4
0
2
9.5
5.1
3
14.4
4.9
4
19.4
5
5
24.4
5
6
29.6
5.2
7
34.6
5
8
39.2
4.6
9
44
4.8
10
49.2
5.2
11
54.2
5
12
59.4
5.2
13
64.6
5.2
14
69.6
5
15
74.8
5.2
16
80
5.2
17
85.1
5.1
18
90.4
5.3
19
95.6
5.2
20
101
5.4
Jumlah
96.6
Rata-rata
5.084211



VI.                  ANALISA
a)      Analisa Percobaan
Percobaan yang berjudul Daktilitas Bahan-Bahan Bitumen biasanya dilakukan dengan maksud untuk mengukur jarak terpanjang yang dapat ditarik antara cetakan yang berisi bitumen keras sebelum putus. Dalam percobaan ini, hal yang pertama dilakukan adalah memanaskan benda uji (aspal) sampai cair. Setelah mencair, benda uji kemudian dimasukkan ke dalam cetakan  yang sebelumnya telah diolesi dengan glycerin dan talk. Hal ini dilakukan agar benda uji tidak rusak/melekat di cetakan ketika dilepaskan dari cetakan. Proses penuangan benda uji cair dilaksanakan secara cermat dan hati-hati agar benda uji yang ada di cetakan penuh sempurna. Setelah benda uji dimasukkan, praktikan menunggu 30-40 menit agar benda uji tercetak sempurna dan cukup padat. Setelah benda uji tercetak, benda uji yang telah cukup padat dimasukkan ke dalam wadah yang berisi air. Air yang ada di dalam wadah dikondisikan sedemikian rupa dengan menggunakan es batu agar suhunya tetap 25C (suhu ruangan).
Perendaman benda uji di dalam air dilakukan selama 85 hingga 95 menit. Namun pada percobaan ini praktikan hanya melakukan perendaman selama 30 menit karena benda uji yang akan dicoba adalah aspal yang sudah dingin (bukan hot mix). Kemudian, setelah 30 menit praktikan memindahkan wadah perendam ke dekat alat uji daktilitas agar suhu benda uji (suhu kamar) tidak berubah ketika dipasangkan dengan alat uji daktilitas.
Pengujian daktilitas dibantu oleh laboran yang memasang dan menghidupkan alat. Proses pengujian dilakukan dengan kecepatan penarikan benda uji sebesar 5 cm/menit. Praktikan membaca kenaikan jarak antara pemegang cetakan dan memerhatikan kapan benda uji akan putus. Pembacaan dilakukan setiap satu menit sekali. Namun, ketika sudah menit ke-20, benda uji masih saja belum putus padahal jarak antara pemegang sudah mencapai 100 cm sehingga proses penarikan dihentikan. Perlu diingat bahwa selama percobaan berlangsung benda uji senantiasa terendam sekurang-kurangnya 2,5 cm di air dan suhu tetap dipertahankan tetap (250,5)C. Perendaman benda uji ketika ditarik dilakukan agar benda uji tidak terkena lantai alat daktilitas sehingga menyebabkan gesekan dan memengaruhi hasil penarikan benda uji.




b)     Analisa Hasil
Pengujian daktilitas merupakan salah satu jenis uji material yang akan digunakan dalam proses perkerasan jalan. Dalam praktikum ini, benda yang diuji daktilitasnya adalah aspal. Pengujian dilakukan dengan menarik benda uji di mesin daktilitas dengan kecepatan 5 cm/menit. Dari percobaan ini diperoleh hasil pertambahan panjang benda uji per-menit dimana hingga menit ke-20 benda uji masih belum putus. Dari tabel 2 terlihat bahwa perpanjangan benda uji terjadi hampir linier dengan rata-rata penambahan panjang sebesar 5,08 cm. Sehingga berdasarkan tabel standar aspal Bina Marga tahun 1983 disimpulkan bahwa aspal bermutu baik (dalam hal ini jenis aspal adalah pen 60/70). Setelah menit ke-20, panjang benda uji yang ditarik sudah mencapai 101 cm dan percobaan dihentikan.
Aspal dengan daktilitas yang baik maka aspal lebih fleksibel dan baik digunakan untuk di lapangan. Dengan standar penarikan yaitu 5 cm/menit dan hasil rata-rata penarikan yaitu 5,08 cm/menit dapat disimpulkan aspal memiliki mutu yang baik. Berikut adalah standar pemeriksaan aspal berdasarkan Bina Marga tahun 1983.


c)      Analisa Kesalahan
Kesalahan yang terjadi dalam percobaan ini diperkirakan sebagai berikut :
a. Suhu saat perendaman tidak tepat pada angka 25C sehingga sifat daktilitas benda uji terpengaruh oleh suhu di bawah suhu ruangan atau di atas suhu ruangan.
b.Kesalahan pembacaan pertambahan panjang benda uji pada alat daktilitas sehingga angka yang diperoleh tidak akurat.
c. Kurang akuratnya waktu pembacaan sehingga terjadi keterlambatan atau percepatan membaca angka pertambahan panjang benda uji.
Dari beberapa kesalahan di atas dapat menyebabkan ketidakakuratan hasil yang diperoleh dan kesalahan kesimpulan mutu dari benda uji.

VII.                  KESIMPULAN
Dari percobaan daktilitas bahan bitumen ini diketahui beberapa hal yaitu :
a. Kemampuan tarik dari bahan-bahan bitumen pada kondisi tertentu.
b.Mutu dari benda uji.
c. Benda uji memiliki mutu yang baik karena tidak putus walaupun sudah mencapai panjang lebih dari 100 cm.



REFERENSI :
·         Pedoman Praktikum Pemeriksaan Bahan Perkerasan Jalan. 2012. Laboratorium Struktur dan Material Departemen Teknik Sipil Universitas Indonesia.

Entri Populer