Yelna's Hope

This website is a valuable resource that presents a wealth of professional experience and the unique point of view of Yelna Yuristiary. Yelna generously shares her insights, knowledge, and expertise, with the hope that readers can use the information to enhance their own understanding, make informed decisions, and achieve their goals.

Thursday, August 29, 2013

Renungan Tuhan itu Maha Adil dan Tak Ada yang Sempurna

Malam ini ditemani suara televisi di ruang tengah rumah, Riau. 22.15 WIB.
Yeyen dan mama sudah tertidur sedangkan suara televisi yang menyairkan program Discovery Channel tentang ular-ular masih terdengar dari ruangan ini. Baru saja aku menyelesaikan satu buah paper terkait sistem manajemen persampahan di rural area. Tidak menarik. Biasa saja. Mungkin suatu saat aku bisa menemukan hal yang lebih baru, lebih aneh dan unik.
Tadi malam sempet baca tweet-nya Raditya Dika tentang sedikit tausiyahnya tentang menulis. Sejak masuk dunia perkuliahan rasa-rasanya aku jarang menulis. Kebanyakan main dan senang-senang sampai lupa daratan (lupa pekerjaan). Di semester 7 ini ingin rasanya berubah. Hahaha... Bukan berubah gimana-gimana. Hanya saja ingin menjadi lebih rapi dibanding sebelumnya dan ingin bersinar seperti orang-orang di luar sana.

Baiklah... Aku juga sedikit bingung tentang konten pembicaraan kita di tulisan kali ini. Ah ya, ada satu pelajaran yang hingga saat ini aku kagumi dari mama dan belum tentu aku bisa terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap kali aku sedikit envy dengan teman-teman yang luar biasa suksesnya, luar biasa hura-hura dan menyenangkan hidupnya, mama selalu bilang 'Tuhan itu maha adil. Tidak ada yang sempurna di dunia ini'.
Well... Sekarang mari kita ambil dua sudut pandang yang berbeda dari kehidupanku.
Kasus 1 :
Bagiku, pulang kampung ke Riau itu adalah hal yang sangat menyenangkan. Pulang ke rumah. Makan masakan mama. Berdiam dan mengurung diri di rumah itu bukan hal yang membosankan bagiku. Bukan karena aku anak rumahan yang sering di pingit. Hahaha... Dari kecil aku suka keluyuran kesana kemari naik sepeda kesana kesini dengan teman-teman sampai-sampai sering dimarahin mama kalau pulangnya pas Adzan magrib. Tapi sekarang, rumah itu bagaikan tempat paling nyaman di dunia. Biar saja tidak ada koneksi internet, tidak ada HP, tidak ada TV, tidak ada apa-apa asalkan ada mama disana aku senang. Kadangkala aku hanya duduk-duduk di belakang rumah sambil ngeliatin ikan-ikan di kolam bersama mama. Bagi banyak orang itu membosankan dan wasting time. Tapi bagiku itu benar-benar high quality time. Pernah suatu ketika aku sedikit terkejut dengan temanku yang bosan di rumah. Dia bilang kalau liburan terlalu lama itu membosankan, padahal di dekat rumahnya segala fasilitas dapat dengan mudah dijangkau. Bisa jalan-jalan semaunya. Tidak seperti aku di sini yang harus menempuh 1 jam perjalanan untuk mencapai pusat kota. Meski terpencil aku tetap suka. Kembali ke temanku tadi, ternyata dia bosan karena ibunya senantiasa bekerja. Pergi pagi pulang sore... Pergi pagi pulang sore... Di ulang-ulang sampai berjuta-juta hari lamanya, hingga anaknya bosan dan mati kutu sendiri di rumah. Tidak ada teman, tidak ada lawan.

Dari kasus 1 ini aku memahami sedikit perkataan mama yang selalu bilang 'Tuhan itu maha adil'. Keadilan Tuhan memang bermacam jenisnya, dan aku menemukannya di kasus ini. Meski pada hakikatnya keadilan itu ada pada setiap senti sisi kehidupan kita.

Alhamdulillah hingga saat ini Tuhan masih membiarkanku hidup dengan adanya mama, papa dan Yeyen. Meski dari SMA selalu berjauhan, ternyata rasanya begitu dekat. Bagaimana tidak kalau ditelpon 3 kali sehari di jam makan, ditambah 2 kali di subuh hari dan malam hari untuk memastikan apakah sudah bangun dan sudah tidur lagi (malam hari). Berpuluh kali kalau seandainya telponnya tidak diangkat + omelan yang tiada putus2 hingga 5 menit lamanya jika ternyata dering dan getar HP tidak diaktifkan. Ternyata, mama yang kukenal dari kecil sebagai wanita yang super cerewet itu adalah satu-satunya orang yang paling sayang dan mengingat kita dimana-mana. Tidak hanya mama, papa juga begitu. Kalau biasanya papa sedang piket di luar dan mama di rumah, terkadang ada dua panggilan darurat yang ternyata menanyakan satu hal yang sama,
'Lagi dimana? Udah makan? Udah di kosan?'

Hahaha... Meski punya mama yang cerewet dan papa yang pendiam, aku tahu bahwa mereka adalah sosok orangtua yang paling sempurna untukku. Apa jadinya kalau aku punya mama yang pendiam dan papa yang cerewet? Haha... Tidak terbayangkan.

Sudahlah. Ini postingan curcol di malam hari. Thanks sudah membacanya... :)

Monday, August 26, 2013

Reklamasi Pantura dan Pengembangan Teluk Jakarta sebagai Solusi Masa Depan



Kompleksitas permasalahan yang dialami Jakarta telah menjadi momok bagi warga kota. Pesimistis pun berkembang di kalangan masyarakat bahwa tidak mungkin untuk menciptakan Jakarta bersih, rapi dan tertata tanpa adanya berbagai permasalahan lingkungan seperti saat ini. Jakarta yang merupakan delta city dilewati oleh 13 sungai yang kesemuanya berasal dari kawasan penyangga dan bermuara di Teluk Jakarta. Kondisi teluk yang seolah menjadi tempat sampah buangan terbesar masyarakat kota sudah selayaknya diperbaharui dan direvitalisasi keadaannya. Pembangunan dan perubahan besar yang dapat diterapkan pada teluk Jakarta yakni berupa reklamasi pantai dan pengembangan kawasan Pantura (pantai utara) secara terpadu untuk menyeimbangkan progress pembangunan dan perkembangan kawasan kota. Dalam rangka pengembangan dan pembangunan kawasan Teluk Jakarta dan Pantura juga ditetapkan beberapa prinsip mendasar agar dampak dari pembangunan area ini optimal di masa mendatang. Kawasan Teluk Jakarta kelak akan direklamasi dan di sekitar daerah Pulau O akan dibangun landfill seperti yang ada di Semakau Island, Singapore. Pembangunan landfill yang diterapkan Semakau Island merupakan satu dari jenis landfill yang sangat multifungsi dan tepat guna. Landfill tidak hanya disulap menjadi suatu areal lahan bagi warga kota, melainkan juga sebagai lokasi wisata lingkungan dan lokasi rekreasi keluarga. Pengembangan kawasan teluk Jakarta juga dapat mengacu pada penerapan landfill seperti di Semakau Island dengan mengedepankan eco city sebagai trademark dari pembangunan kota. Selain itu proyek pengembangan kawasan Pantura tidak terlepas dari icon zero-waste city, green infrastructure, green design hingga green building. Reklamasi Pantura merupakan mega proyek yang akan dilaksanakan di atas lahan 5100 Ha dengan pembagian 3 sub-kawasan, yaitu :
a.       Sub-Kawasan Barat sebagai kawasan permukiman dengan intensitas sedang, kegiatan rekreasi/wisata dan kegiatan komersial secara terbatas
b.      Sub-Kawasan Tengah sebagai pusat perdagangan/jasa skala internasional, pusat rekreasi/wisata dan permukiman dengan intensitas tinggi.
c.       Sub-Kawasan Timur sebagai pusat distribusi barang, pelabuhan, industri/pergudangan serta permukiman dengan intensitas rendah sebagai penunjang.
Kawasan reklamasi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan maksimal 750.000 jiwa penduduk yang kebanyakan memiliki mata pencaharian berupa nelayan. Untuk memenuhi syarat sebagai eco-city, setiap pulau reklamasi wajib mengembangkan Ruang Terbuka Hijau seluas minimal 30% dan Ruang Terbuka Biru seluas minimal 5% dan wajib menyediakan kawasan pantai publik. Program pembangunan proyek ini juga akan dibangun dengan sistem dan jaringan utilitas yang dilaksanakan secara bertahap secara mandiri agar tidak membebani kawasan daratan. Satu dari cita-cita utama pengembangan kawasan Pantura adalah sebagai pusat pengelolaan sampah dan limbah yang direncanakan menjadi bagian dari Pulau O yang kelak akan bersinergi dengan fungsi dan kegiatan pendukung lainnya.
Reklamasi kawasan Pantura merupakan salah satu solusi jitu Jakarta yang ditawarkan untuk menghasilkan nilai tambah untuk revitalisasi daratan pantai lama melalui subsidi silang. Kawasan reklamasi kelak akan menghasilkan program –program yang mampu meningkatkan kesejahteraan warga kota seperti penyediaan perumahan untuk masyarakat, perbaikan kawasan kumuh, penyediaan infrastruktur yang memadai serta penyediaan lapangan kerja bagi para penduduk di kawasan Jakarta Utara sehingga tercipta peningkatan taraf hidup penduduk. Cita-cita besar Jakarta untuk melakukan pengembangan kawasan Teluk Jakarta tidak hanya sebatas rancangan desain kota dan tata ruang wilayah saja. Akan tetapi proyek besar ini telah merancang rencana mitigasi bagi kawasan Teluk Jakarta atas gelombang besar atau air pasang yang dapat mengganggu kestabilan dan pelaksanaan pengembangan kawasan Pantura. Pembangunan tanggul pengaman pantai pun telah dilakukan sebagai tindak pencegahan tenggelamnya kawasan reklamasi Pantura. Pembangunan tanggul pengaman pantai kelak dilaksanakan dalam 2 tahap, yang pertama (perlindungan sampai 2020) dimana tanggul on land dibangun sepanjang garis pantai dan merupakan solusi jangka pendek untuk pengamanan pantai. Sedangkan pada tahap 2 (perlindungan setelah 2020) akan dibangun tanggul offshore dengan menutup seluruh jalur sungai utama dan tanggul akan dijadikan konstruksi tanggul multi guna di Teluk Jakarta. Pembangunan tanggul (Giant Sea Wall) akan disandingkan dengan pembangunan Waterfront City sebagai kota terintegrasi berwawasan lingkungan yang berkelas internasional dengan sebelumnya diawali dengan penataan polder, normalisasi sungai, penanganan genangan, resevoir dan situ serta revitalisasi besar-besaran daerah kumuh dan sistem sanitasi kota.
Sekelumit rencana pembangunan Teluk Jakarta dan kawasan Pantura merupakan hal terpenting yang dapat diterapkan Jakarta dalam membangun sebuah delta city yang kelak lebih dikenal sebagai ibukota negara yang terawak apik dan asri. Solusi pengembangan kawasan Teluk Jakarta dan Pantura merupakan pemecahan terbaik untuk permasalahan lingkungan, wilayah kumuh, pencemaran teluk dan penuhnya landfill yang terletak di kawasan Jakarta. Pembentukan sea landfill di Pulau O hingga merambat ke kawasan-kawasan sekitarnya diharapkan mampu memberikan banyak keuntungan seperti yang diperoleh Singapore dengan Semakau Landfill nya atau Jepang dengan Tokyo Bay-nya. Jakarta yang memiliki sumber daya (baik berupa alam maupun manusia) yang cukup besar sebaiknya memiliki kemampuan yang lebih dalam mengelola kesempatan ini agar nantinya tercipta suatu keberlanjutan dan pemanfaatan yang terkendali terkait alam. Giant Seawall yang akan dibangun di kawasan Teluk Jakarta juga menjawab langsung permasalahan kenaikan muka air laut dan isu tenggelamnya kota Jakarta di tahun 2050 kelak. Sistem yang terintegrasi diharapkan menjadi jawaban dalam pengoperasian Giant Seawall dan tat kelola air di Jakarta.

Sumber : Bahan Paparan Seminar Internasional tentang Pengembangan Kawasan Teluk Jakarta
diselenggarakan oleh IWI (Indonesia Water Institute) di Ballroom Flores Hotel Borobudur

Wednesday, August 21, 2013

My Research Part 1

This paper insyaallah will present at Unsyiah International Conference in Aceh, next October, 2nd-4th
This is the abstract of the paper. For more information, you can email me... :)



Analysis of Commercial Approach to Non-Organic Domestic Waste Management at Settlement Besides Kampar River
Case Study
: Birandang Island Village and Alai Village in Kampar District (Riau)

1Yelna Yuristiary, 1Rahman Raeyani Kalele, and 1Yusuf Abdurachman Sungkar

1Department of Civil Engineering, Indonesia University, Kampus Baru UI Depok 16424, Indonesia.

Abstract

The area of ​​coverage of waste management services in some areas sometimes only focus on specific areas such as the capital province, district or city. Some areas of the region (district) still do not get special attention for waste management facilities services from local City Sanitation Department. In this study we raised two villages located on the banks of the Kampar River and examined the management of non-organic domestic waste in this area. We choose Birandang Island Village and Alai Village because of the habit this people to throw garbage like non-organic waste (such as paper, plastics, etc) to the Kampar river. This act is very dangerous for the sustainability of water security and can cause silting rivers.
The aims of this research to analyze the influence of commercial approach as a solution to solve waste problem in both villages. Commercial approach is the method applied by giving incentives to people who are sort the non-organic waste according to its kind. Data for this study were collected from observation using 80 questionnaires to 80 respondents from both villages, the Birandang Island village and Alai village. Results of the analysis is also reinforced by opinión from the leaders of them (people) who are likely to reflect the wishes of the people too. The results from this study is the commercial approach (take and give system) which applied in this villages could increase people's enthusiasm in managing domestic waste by sorting waste before it is collected.

Key words: Non-Organic Waste, Commercial Approach, Waste Sorting, Incentives





Friday, August 16, 2013

Ternyata Kita Begitu Dekat

Meskipun telah lama dekat dengan-Mu, namun kesadaran itu belum lama muncul. Rutinitas-rutinitas harian hanya menjadikan aku dan Kau sebagai satu kesatuan dengan dinding tebal yang menghambat kedekatan emosi. Tidak banyak yang dapat terkatakan ketika kita dekat meskipun jauh dahulu. Namun kini aku menyadari bahwa aku merasa begitu dekat dengan-Mu. Bukannya hendak berburuk sangka bahwa Engkau dulu tidak ada. Aku tahu, jauh sebelum aku dilahirkan dari rahim Ibuku Engkau mengenalku begitu dekat, lebih dekat dari nadi yang terletak di urat leher dan lebih dekat melebihi dekat apapun yang ada di dunia ini.

Tahukah Engkau wahai penguasa hati, hamba-Mu kini merasa begitu dekat dan senang dengan-Mu. Bukan karena apa-apa dan siapa-siapa. Mungkin ini yang dinamakan mata hati ketika telah terbuka. Begitu nyaman ketika berbincang dan mendengar nama-Mu. Ingin rasa-rasanya hendak kembali pada-Mu. Namun seketika nyaliku ciut karena tiada bekal yang cukup. Waktu yang selama ini berjalan tiada hendak menyatukan kedekatan yang seperti ini.

Maafkan aku yang selama ini tidak menyadari kasih sayang-Mu kepada ku. Bukannya aku tak punya hati yang tidak dapat merasa. Namun nyatanya rasa itu berbelok dan jahil kepada dunia fana yang telah Engkau ciptakan sehingga bagiku dulu Engkau terasa jauh. Terima kasih kepada apa-apa dan siapa-siapa yang menjadikanku agar lebih mengenal-Mu dan dekat dengan-Mu. Terima kasih atas segala hal yang telah Engkau beri meskipun terkadang aku tengah lupa kepada-Mu. Maafkan aku yang tiada hendak menemui dahulu karena sifat malas yang teramat besar. Maafkan juga ketika kedekatan-Mu sejak dahulu tiada tersadar olehku.

Ternyata kita begitu dekat. Alhamdulillah. Subhanallah... Semoga senantiasa begitu dan semoga kita semakin dekat. Aku mencintai-Mu untuk selamanya.

Thursday, August 08, 2013

Sanjungan Tertinggi

Sanjungan tertinggi kini ada pada Dia
Tidak lagi pada engkau atau mereka
Kini asa itu telah merebak bersama angin semilir yang menjadi sampah
Tiada hendak lagi kembali karena hanya tak mampu bicara

Tahukah kalian kepada siapa sanjungan tertinggi
Tentu kepada budak-budak hati yang sempat tertawan sedih
Tetapi tiada hendak lagi
Karena sang puteri telah temui satu sajak penyambung telepati

Sanjungan tertinggi tiada hendak terkata
Tiada hendak juga untuk menjadi sajak dan tumpah ruah
Sanjungan tertinggi cukup terbenam dalam cindai sutera
Tiada pula mudah terbalikkan oleh sendunya angin yang menyapa
Sanjungan tertinggi kini berhenti
Tidak untuk menyapa apalagi beretorika panjang pendek hingga mati
Sanjungan tertinggi biar saja tertawan di hati

Wahai kalian-kalian penggerus sajak
Tidakkah mungkin isi pikiranmu terbajak
Oleh tipu muslihat yang sedemikian pelik dan mencekat
Kemudikan sanjungan tertinggimu menembus batas hingga hakikat


By : Yelna Yuristiary
Kampar, 8 Agustus 2013
'bersama malam yang hendak akan pagi'

CAT (Cekungan Air Tanah) Jakarta



Mungkin banyak orang yang belum memahami pengertian air tanah yang sebenarnya. Dalam konteks ini, air tanah yang dimaksud bukan berupa air permukaan seperti sungai dan danau yang dapat dilihat. Air tanah lebih bersifat kepada jenis air baku yang berasal dari dalam tanah dengan kedalaman tertentu. Biasanya masyarakat kota mendapatkan air tanah dengan membuat sumur atau sumur bor. Saat ini, sebagian besar masyarakat Jakarta menggunakan air tanah sebagai sumber pemenuh kebutuhan airnya. Bukan hanya wilayah pemukiman saja yang menggunakan pasokan air tanah sebagai sumber kebutuhan air, akan tetapi air tanah juga digunakan pada apartemen, industri dan fasilitas umum lainnya. Meskipun saat ini telah terdapat hukum yang mengatur tentang eksploitasi air tanah, namun ketegasan terkait aplikasi dari hukum ini belum berjalan dengan baik. Air tanah Jakarta senantiasa digunakan secara masif tanpa adanya pengisian kembali air tanah. Meskipun hujan turun di wilayah Jakarta, cekungan air tanah yang sebagian besar telah disedot tidak terisi dengan optimal karena adanya beberapa faktor yang memengaruhi besarnya volume limpasan air hujan. Perlu untuk kita ketahui bahwa saat ini di Jakarta kurang dari 10% ruang terbuka hijau yang ada. Sisanya telah dibangun dengan pemukiman dan segala fasilitas pendukung kegiatan manusia. Tidak adanya ruang terbuka hijau yang mencukupi dan minimnya upaya peresapan air hujan agar kembali mengisi cekungan air tanah menjadikan sumber air baku yang berasal dari cekungan air tanah Jakarta semakin menipis.
Adanya paradigma bahwa cekungan air tanah Jakarta itu memiliki kesatuan yang sama dengan cekungan air tanah yang berada di wilayah Bogor atau Jawa Barat ternyata salah besar. Cekungan air tanah Jakarta dan daerah sekitarnya berbeda karena adanya perbedaan batuan dan lapisan penyusunnya. Penyimpanan air tanah di dalam muka bumi ini cenderung membentuk kantung-kantung air yang serta merta dapat habis jika senantiasa disedot. Pengambilan air tanah secara masif tanpa mengisi cekungan yang tersisa menyebabkan pori-pori tanah diisi oleh padatan tanah sehingga terjadi suatu kasus yang dinamakan land subsidience (penurunan muka air tanah). Khusus untuk wilayah Jakarta yang merupakan delta city, permukaan tanah yang memiliki jarak hanya beberapa meter dari permukaan laut sangat mengkhawatirkan jika terjadi penurunan muka tanahnya.

Entri Populer