Yelna's Hope

This website is a valuable resource that presents a wealth of professional experience and the unique point of view of Yelna Yuristiary. Yelna generously shares her insights, knowledge, and expertise, with the hope that readers can use the information to enhance their own understanding, make informed decisions, and achieve their goals.

Saturday, March 16, 2013

Korelasi antara Praktek Keselamatan Konstruksi dan Kesehatan Kerja


Ringkasan dari jurnal :
Judul                     : The Correlation between Safety Practices in Construction and Occupational   Health
Pengarang               : Maged Malek, Adel El-Safty, Amal El-Safety dan James Sorce
Sumber               : Management Science and Engineering Vol. 4, No. 3, 2010, pp. 01-09 ISSN 1913-0341 [Print], ISSN 1913-035X [Online]


Beberapa kegiatan keselamatan yang ada di beberapa industri konstruksi lebih termasuk ke dalam program keselamatan kerja, bukan kesehatan. Walaupun ada beberapa diantaranya yang masuk ke dalam program perlindungan kesehatan kerja, hanya saja saat ini di Indonesia belum banyak diterapkan. Kebanyakan dari proyek konstruksi di Indonesia tidak terlalu peduli dengan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh adanya pemaparan zat-zat berbahaya dalam proses konstruksi. Debu yang berasal dari konstruksi atau pembongkaran bangunan dapat meningkatkan risiko terkena kanker paru-paru bahkan asbestos [1]. Salah satu hal yang memengaruhi kesehatan kerja adalah aspek ergonomis [2]. Saat ini di Indonesia sudah ada beberapa perusahaan yang menjalankan program kesehatan kerja. Namun belum semua orang yang mengetahui manfaat dari penerapan beberapa program ini. Salah satu contohnya adalah dengan adanya penggunaan masker kepada pekerja konstruksi baru akan dijalankan ketika di lokasi proyek terlihat debu-debu yang beterbangan akibat kegiatan konstruksi. Jika tidak terlihat debu yang beterbangan, kebanyakan pekerja justru enggan menggunakan masker. Hal ini juga disebabkan karena minimnya pemahaman beberapa pekerja (khususnya buruh konstruksi) tehadap program kesehatan kerja.

Beberapa contoh pekerjaan konstruksi yang berdampak buruk pada kesehatan kerja adalah saat proses pengadukan semen menjadi beton (konstruksi kecil) karena adukan beton basah dapat menyebabkan luka jika tidak segera dibersihkan [3]. Untuk meningkatkan keberhasilan program kesehatan kerja dalam konstruksi dibutuhkan juga sebuah metode pelaksanaan kegiatan yang tesusun baik agar setiap pekerja dapat terlindungi.

Metode keselamatan kerja yang juga memikirkan kesehatan kerja sudah ada sejak tahun 1970-an [4]. Hanya saja aspek penerapan program ini masih terbatas ke dalam panduan keselamatan kerja sehingga tidak terjadinya insiden atau kecelakaan. Biaya kesehatan yang harus dikeluarkan akibat asbes saja saat ini mencapai 200 million dolar AS. Hal ini disebabkan karena minimnya manajemen terkait keselamatan dan kesehatan kerja dalam industri konstruksi. Keselamatan dan kesehatan kerja saat ini dipandang sebagai suatu kegiatan yang bertujuan sama, yakni sama-sama melindungi pekerja. Hanya saja dalam aspek penerapannya kedua gagasan ini harus dikembangkan dan dibagi ke dalam dua tahapan yang berbeda. Beberapa program kesehatan dan keselamatan kerja lebih didominasi dengan beberapa aspek terkait keselamatan kerja. Mayoritas program kesehatan dan kecelakaan kerja lebih mengacu kepada tujuan agar setiap orang yang terlibat dalam proyek konstruksi dapat meminimalisir kecelakaan dan cedera pada kerja. Selain penyatuan kedua program tersebut, faktor risiko juga harus diperhatikan dalam aspek pengamanan pekerja khususnya di bidang kesehatan. Salah satu cara untuk mengetahui seberapa jauh seseorang tidak lagi aman dalam aspek kesehatan dapat diketahui dengan adanya tes medis seperti tes urin, tes darah dan lain sebagainya. Selain penanganan risiko kesehatan dengan adanya tes medis secara berkala diharapkan juga pencatatan kesehatan pekerja dapat ditingkatkan dengan baik agar di waktu yang akan datang dokumentasi aspek kesehatan sangat dibutuhkan. Salah satu perusahaan yang telah berhasil menerapkan kolaborasi antara program kesehatan kerja dan program keselamatan kerja adalah perusahaan Gate Concrete yang sejak tahun 2002 mulai menyeimbangkan program kesehatan kerja dengan keselamatan. Dalam hal ini perusahaan Gate mengurangi beberapa program keselamatan yang tidak terlalu penting dan meningkatkan program kesehatan di kalangan pekerja. Alhasil sejak tahun 2002 hingga 2006 terjadi penurunan kategori kecelakaan, penyakit maupun cedera yang terjadi pada pekerja. Namun, setelah dikaji lebih mendalam ternyata kolaborasi program ini masih kurang dalam segi pemantauan, pengawasan dan pencegahan. Maksud dari beberapa program di sini adalah :
1.      Program Pengawasan, merupakan program dimana pengawas dari suatu proyek terdiri dari beberapa ahli kesehatan yang selalu mengawasi bagaimana dan apa penyakit yang diderita atau rentan terhadap buruh/pekerja lainnya. Program pengawasan ini dilaksanakan dengan cara menganalisis hasil tes dari pekerja dan menempatkan pekerja di tempat yang seharusnya.
2.      Program Pemantauan, merupakan program dimana setiap grafik kesehatan pekerja dipantau dan dijadikan acuan kesehatan bagi perusahaan tersebut. Program pemantauan juga termasuk didalamnya kegiatan pencatatan setiap jenis keluhan pekerja berkala.
3.      Program Pencegahan, didalamnya terdapat beberapa kegiatan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan atau penyakit, baik yang berdampak jangka panjang maupun pendek.
Jika suatu waktu seorang pekerja telah terkena dampak dari bahaya kimia, maka ia harus dipantau dengan menjalani pengawasan medis. Namun, selain pengawasan medis biasanya juga ada pengecekan kesehatan berkala bagi semua pekerja sebagai salah satu aplikasi dari program pencegahan penyakit. Program kesehatan kerja dapat berjalan dengan baik jika terdapat tingkat pendidikan dan pemahaman kerja yang mumpuni antara pekerja dan pengusaha. Selain pengecekan kesehatan pekerja secara berkala, dalam program kesehatan kerja juga terdapat program pengawasan rutin dimana objek yang diawasi berupa kondisi kerja. Sehingga, perlu adanya tambahan program kesehatan kerja dengan tidak mengurangi fungsi dari program keselamatan kerja yang sudah ada hingga saat ini. Di dalam makalah di atas diketahui bahwa OSHA merupakan salah satu pedoman kesehatan dan keselamatan kerja yang relevan hingga saat ini.

Analisa

Saat ini proses perlindungan kesehatan dan keselamatan di Indonesia hanya terbatas kepada proses pengamanan seperti adanya prosedur operasi, penggunaan helm, penggunaan jas kerja, penggunaan kacamata kerja dan penggunaan sepatu kerja. OSHA yang merupakan pedoman program kesehatan dan keselamatan kerja di AS merupakan salah satu contoh pedoman program yang cukup relevan dikembangkan di beberapa negara, khususnya Indonesia. Namun, dalam segi sumber daya manusia, Indonesia masih memiliki keterbatasan khususnya di bidang kesehatan kerja. Sebagian besar buruh konstruksi di Indonesia hanya berupa buruh harian yang digaji per hari dan mengerjakan konstruksi yang relatif kecil. Pemahaman kesehatan kerja bagi setiap buruh di Indonesia masih terpaut jauh dengan pemahaman kesehatan buruh seperti di AS. Seandainya jika suatu saat program OSHA yang telah direvisi dengan program kesehatan dan keselamatan kerja terbaru dilaksanakan di Indonesia dikhawatirkan program tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya. Oleh karena itu untuk memaksimalkan aplikasi program kesehatan dan keselamatan OSHA di Indonesia perlu adanya perbaikan pemahaman pekerja konstruksi (baik pihak owner, konsultan dan kontraktor) terkait kesehatan dan keselamatan kerja. Adanya program pencerdasan sebelum program kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu kunci agar program ini dapat berjalan dengan baik. Pihak owner perlu mengetahui bahwa program kesehatan dan keselamatan kerja ini ditinjau dari aspek ekonomi dan tanggung jawab sosial terhadap pekerja. Pihak konsultan perlu mengetahui aspek kesehatan dan keselamatan kerja karena dalam pelaksanaan di lapangan, pihak inilah yang biasanya memantau pelaksanaan kegiatan konstruksi. Sehingga bila suatu saat ada suatu pekerjaan yang mengancam kesehatan pekerja jangka panjang, pihak konsultan dapat mentolerir pekerjaan tersebut dan menemukan solusi bersama pihak owner dan kontraktor. Sedangkan kontraktor sendiri perlu mengetahui program kesehatan dan keselamatan kerja karena pihak inilah yang paling banyak terpapar oleh zat-zat yang berbahaya dalam konstruksi maupun kecenderungan penyakit jangka panjang akibat debu dan asbes yang sering digunakan dalam industri konstruksi.

Di Indonesia masih banyak terdapat jenis pekerjaan konstruksi yang sama sekali tidak menggunakan program pengamanan baik itu keselamatan maupun kesehatan kerja. Walaupun biaya dengan adanya program ini lumayan besar, namun manfaat yang ditimbulkan dengan adanya program ini memiliki sifat jangka panjang yang sangat menguntungkan pihak kontraktor maupun pekerja. Kolaborasi program keselamatan yang sudah ada dengan program kesehatan yang baru-baru ini dikemukakan merupakan salah satu cara meminimalisir angka kematian pekerja konstruksi akibat adanya kecelakaan, cedera maupun penyakit yang ditimbulkan pekerjaan konstruksi. Di dalam program kesehatan kerja ini terdapat kegiatan pemantauan, pengawasan dan pencegahan penyakit maupun dampak negatif yang ditimbulkan dari kegiatan konstruksi. OSHA yang merupakan metode yang baik dalam meningkatkan efektifitas kerja dengan aspek kesehatan dan keselamatan ternyata masih harus diperbaharui dengan menambahkan sejumlah regulasi terkait zat kimia berbahaya yang mungkin terpapar oleh stake holder di lapangan.


REFERENSI
[1] Anonim. Sepuluh Pekerjaan Paling Berbahaya bagi Kesehatan Paru-Paru. 2011
[2] Hendra. Intro to OHS (K3). 2000
[3] Anonim. Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Beton/Concete pada Kegiatan Konstruksi. 2011
[4] Malek, Maged, et al. The Correlation between Safety Practices in Construction and Occupational Health, Management Science and Engineering Vol. 4, No. 3, 2010, pp. 01-09 ISSN 1913-0341 [Print], ISSN 1913-035X [Online]. 2010

No comments:

Post a Comment

Entri Populer