Yelna's Hope

This website is a valuable resource that presents a wealth of professional experience and the unique point of view of Yelna Yuristiary. Yelna generously shares her insights, knowledge, and expertise, with the hope that readers can use the information to enhance their own understanding, make informed decisions, and achieve their goals.

Saturday, January 02, 2010

Keikhlasan Ayah

Cerita ini sebuah realita
Seorang ayah yang begitu setia
Tangannya kasar dan bersisik
Karna t'lah coba lepas jerat kemiskinan keluarganya
Aku ini hanya sang petualang
Dari negeri seribu mimpi
Malam itu aku lihat si ayah menanti
Upah kerja di pagi hari
Ia duduk di depan sebuah rumah yang berpagar tinggi
Kedua tangannya bertaut
Sepertinya tengah berharap
Ketika kutanya,
Sedang apa gerangan ia,
Terdengar...
Jawaban lugu si ayah
"Aku hendak belikan baju lebaran untuk anakku. Semoga saja malam ini kudapat upah kerjaku selama seminggu".


Oleh:
Yelna Yuristiary

Kisah Di Peraduan Putri Yeye

Malam sunyi di peraduan Putri Yeye
Disana banyak anggrek
Bertabur dan berpautkan arang
Seia sekata tuk saling mendukung
Di peraduan Putri Yeye
Terhimpun sejuta pelajaran
Terserak sejuta kenangan
Angan silam yang tertutup lembaran kenangan
Di peraduan Putri Yeye
Pelbagai nuansa kelap kelip kunang-kunang
Menghambur berpendar-pendar
Bersama dirikan kursi reyot yang tua
Di peraduan Putri Yeye
Ilmu dari jalan yang panjang tertuang
Di selembar sutera suci
Dengan setangkai pena sebagai pengukir
Di peraduan dia
Kini dapat kulihat
Bergeloranya alam di sendu matanya


Kampar, 30 Desember 2009
Oleh : Yelna Yuristiary

Angin Masih Diam

Ketika waktu berlalu
Hati jelmakan rasa, lalu-lalang
Melanglang buana seantero cakrawala
Amboi angin yang lalu
Gemerisik daun dibuatnya, agak patah pula ranting kayu
Seketika...
Angin diam, senyap, sepi
Galau aku melihat nelangsa
Menanti kabar si angin diam
Kapan lagi angin kemari ?
Jika ia masih diam


Kubang, 4 Oktober 2009
Oleh : Yelna Yuristiary

SI SANJANI 71

Kini sudah banyak camar yang datang
Mengendus bau semerbak warna-warni
Menggenggam setiap asa dan karsa
Ketika camar masih tegak di sini
Kepingan jiwa tengah terpecah
Terburai bersama dendam dan logika
Mengambang terbang melayang
Melanglang buana senatero negeri
Ketika itu Sanjani hanya diam
Terkunci rapat di balik bilik bambu
Sepertinya ingin ia suarakan satu kata
Lemah lembut angin
Membisikkan kerinduan yang terkubur
Bersama angin sore yang mendesing
Kukayuh lagi sepeda tua yang kumiliki
Masih bersama camar yang membatu
Menjejakkan kaki di tanah yang usang
Hingga aku lelah,
akan kukayuh sepeda tua sampai Sanjani bicara


Kubang, 16 November 2009
Oleh : Yelna Yuristiary

SI SANJANI 72

Semakin jauh aku berlayar
Menyebrangi anak sungai bercabang
Mengarung arus di samudera luas
Makin banyak yang aku lihat
Di tengah hiruk pikuknya kejadian
Mulai dari masalah yang kecil hingga yang kompleks
Ketika aku masih berjalan
Kudapati seribu mimpi yang terbang
Melayang dan hilang
Di bawahnya ada banyak kanak-kanak yang menangis
Terurai air matanya dengan kesedihan
Pilu dalam tragedi yang mencuat
Di tanah ini, di waktu ini
Banyak kupandangi mereka yang sendu
Menangisi nasib tragis di tangannya
Namun kutahu teman
Waktu terus berjalan
Pesanku padamu,
"Tentanglah angin seberapa kuat dirimu. Tentang sekuat-kuatnya. Hingga nanti dirimu terbang bersama layang kehidupan".


Kubang, 16 November 2009
Oleh : Yelna Yuristiary

SI SANJANI 73

Kini aku berada di tengah kebingungan
Alam yang kupijak kini seperti baru
Hampa dan lengang
Jauh dari keramaian dunia
Sanjani...
Tahukah kau di dalam pikirku
Tertaut sejuta bayang
Melebar hingga datang sang penguasa hati
Bersama angin tertiup rendah
Aku disini masih bertanya
Apakah kebingungan yang hampa akan reda
Sanjani...
Sejak kau berangkat ke Sukajadi
Aku jadi bingung sendiri
Apa yang hendak kulakukan lagi?


Bukit Batu, 22 Desember 2009
Oleh Yelna Yuristiary

Tirta Itu Keruh

Tirta itu keruh
Penuh nila yang tertuang dari sebuah perkumpulan
Tirta yang ada jadi tak suci
Tergores rasa angkuh yang kian tinggi
Tirta itu kucoba tuk menciduk
Namun ia semakin liar
Tak tahu aliran dan buyar
Tirta yang aku kagumi memudar
Menghilangkan sgala simpati
Karena adanya lalat-lalat busuk yang menyebar di atasnya
Hari ini...
Tirta yang tlah lama kuselami tiba-tiba beriak
Bergelombang hebat
Merobek hatiku untuk mengenalnya
Tirta itu keruh
Tirta itu pudar
Pesonanya t'lah hilang
di mataku


Kampar, 30 Desember 2009
Oleh : Yelna Yuristiary

Anggrek Buat Ibu

Kala itu, bu…
Langit pamerkan pesonanya
Di ufuk barat tampak lembayung senja
Indah bermega-mega
Kemudian, bu…
Aku lari ke arah batuan laut-laut
Di sana banyak lumut
Bu…
Orang-orang laut tertawakan aku
Kata mereka
Aku anak ayam kecil dari seberang
Bu…
Hari ini
Aku pukul orang-orang laut
Mereka jatuh berserakan di tanah
Darah segar mengucur segar
Bu…
Tak jauh dari itu,
Ada anggrek kuning, bu
Terpercik darah orang-orang laut
Anggrek ini buat ibu



Karya :
Yelna Yuristiary

Entri Populer